RIENEWS.COM – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jumat 10 Agustus 2018, kembali merilis jumlah korban gempa 7 Skala Richter (SR) yang mengguncang Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Bali pada Minggu 5 Agustus 2018.
Memasuki hari kelima penanganan gempa 7 SR dan gempa susulan, telah terdata jumlah korban meninggal dunia sudah mencapai 321 orang.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran pers yang diterima rienews.com, Jumat sore, menyebutkan, jumlah korban akibat gempa 7 SR dan gempa susulannya di wilayah Nusa Tenggara Barat terus bergerak naik.
Berita Terkait: Gempa Lombok, 259 Warga Meninggal
Berita Populer: Sidang Perebutan Harta Warisan Antara Anak dan Ibu Tiri
“Masuknya laporan korban yang sebelumnya, belum dilaporkan oleh aparat Pemda dan adanya korban yang berhasil dievakuasi menambah jumlah korban,” ujar Sutopo.
Dampak gempabumi 7 SR yang mengguncang wilayah Nusa Tenggara Barat dan Bali, hingga Jumat, tercatat 321 orang meninggal dunia dengan sebaran Kabupaten Lombok Utara berjumlah 273 orang, Lombok Barat 26 orang meninggal, Lombok Timur 11 orang meninggal, Kota Mataram terdapat 7 orang meninggal, Lombok Tengah 2 orang meninggal, dan Kota Denpasar terdapat 2 orang meninggal.
“Sebanyak 321 orang meninggal tersebut semuanya sudah diverifikasi. Adanya laporan-laporan tambahan jumlah korban meninggal dunia masih dilakukan verifikasi. Artinya jumlah korban meninggal dunia lebih dari 321 orang. Namun masih memerlukan verifikasi,” tegas Sutopo.
Distribusi Bantuan
Pengungsi sebanyak 270.168 jiwa, tersebar di ribuan titik. Jumlah pengungsi juga diperkirakan bertambah mengingat belum semua terdata dengan baik.
Di beberapa tempat dilaporkan masih terdapat pengungsi yang belum menerima bantuan terutama di Kecamatan Gangga, Kayangan, dan Pemenang, yang berada di bukit-bukit dan desa terpencil.
Menurut Sutopo, untuk mengatasi ini, sejak Kamis 9 Agustus 2018 hingga sekarang, distribusi bantuan menggunakan 3 helikopter dari BNPB dan Basarnas.
“Bantuan dari darat terus disalurkan. Bahkan melibatkan banyak relawan dari komunitas pecinta mobil dan masyarakat yang memiliki kendaraan untuk membantu distribusi bantuan. Dapur umum dan pos kesehatan banyak yang didirikan untuk melayani pengungsi,” sebut Sutopo.
Bantuan terus mengalir berdatangan, baik relawan, logistik dan peralatan. Ratusan NGO dan organisasi masyarakat juga mendirikan pos pelayanan. Bantuan yang datang segera didistribusikan ke tempat-tempat pengungsian. Dapur umum dan dapur lapangan banyak yang didirikan.
Distribusi logistik dengan melibatkan aparat pemerintah kecamatan dan desa untuk menyalurkan ke masyarakat.
Di setiap kabupaten, Camat diminta untuk mengambil logistik ke Posko kemudian lurah atau kepala desa mengambil di kecamatan sesuai dengan jumlah penduduk yang mengungsi atau memerlukan. Jadi distribusi ada yang disalurkan dari posko dan dapur umum, juga bantuan dari aparat desa untuk menyalurkan bantuan.