RIENEWS.COM – Dosen Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Dr. Lilies Setiartiti S.,E., menyatakan, ada beberapa indikator yang cukup penting untuk menilai kinerja ekonomi suatu negara. Ketika satu variabel indikator ekonomi makro itu baik maka akan memberikan dampak besar pada indikator lainnya. Sehingga perekonomian suatu negara dapat dikatakan sehat, pun sebaliknya.
Pertumbuhan ekonomi juga sangat erat kaitannya dengan kesejahteraan dan kemiskinan suatu bangsa.
Lilies berpendapat, perekonomian Indonesia kian hari menunjukkan keprihatinan. Dilihat dengan fakta bahwa jumlah penduduk miskin dan rentan akan kemiskinan mencapai angka 100 juta.
“Kesejahteraan suatu negara atau kinerja ekonomi tidak diukur seberapa panjang jalan diaspal. Tidak diukur pula dari seberapa banyak jembatan dan jalan tol yang dibangun. Meski memang benar butuh infrastruktur yang bagus untuk menggerakkan ekonomi. Tapi kesejahteraan diukur dari berapa jumlah penduduk miskin berkurang dan daya beli yang semakin baik,” kata Lilies saat berbicara dalam “Refleksi Akhir Tahun 2018 dan Outlook 2019 Program Pascasarjana UMY” di ruang Sidang Direktur Pascasarjana UMY, Sabtu 29 Desember 2018.
Baca Berita: Mantan Menko Ekuin Sebut Adri Sebagai Calon Menteri Koperasi
Dikatakannya, Indonesia pada tahun 2015 menargetkan pertumbuhan ekonomi di angka 5,7 persen, tapi pada kenyataannya hanya berada di angka 4,9 persen.
“Dapat dikatakan melalui fakta itu bahwa ekonomi Indonesia tidak berjalan baik,” sebut Lilies.
Dia mengungkapkan, faktor yang menyebabkan hal itu terjadi karena harga BBM naik, impor yang semakin besar dibanding dengan ekspor, hutang yang semakin banyak, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar semakin mencekik.