Naskah Abad ke-10 M Ungkap Diplomasi Damai Bharatayuddha

Naskah Lontar Udyogaparwa Jawa Kuna, koleksi Gedung Kirtya Bali. [Foto Ist | Rienews]

RIENEWS.COM – Bharatayuddha bukan sekadar perang antara Pandhawa dan Korawa. Bharatayuddha adalah sebuah ikhtiar mempertahankan harga diri, kekuasaan, dan penegakan dharma ksatria serta keadilan bagi Pandhawa dan Korawa.

Hal itu dikatakan Dosen Bahasa dan Sastra Jawa Kuna UGM, Yosephin Apriastuti Rahayu, M.A. dalam diskusi Jagongan Naskah (Jangkah) Edisi 3 pada Sabtu,  22 Desember 2018, di Gedhong Danawara Pakualaman, Yogyakarta.

Diungkapkannya, diplomasi ajakan damai menjelang perang Baharatayuddha dalam naskah Udyogaparwa Jawa Kuna yang ditulis abad ke-10 Masehi.

“Ada proses perundingan dari kedua pihak sebelum perang di palagan Kuruksetra. Mereka saling mengirimkan duta untuk berunding, dan melakukan persiapan menjelang perang; mencari sekutu sebanyak-banyaknya,” tutur kandidat Doktor Universitas Leiden ini.

Baca Berita: Hari Kedua Pasca Tsunami Selat Sunda, Sudah 281 Jenazah Ditemukan

Simbok, sapaan akrab Yosephin melanjutkan, bahwa perundingan yang terjadi pada prinsipnya merupakan usaha untuk mencari jalan damai. Pandhawa ingin meminta kembali sebagian kerajaan yang menjadi hak mereka. Sementara Korawa menolak permintaan itu.

Ada gejolak saat para duta menyampaikan misi dalam perundingan. Pro dan kontra yang terjadi di dalamnya menunjukkan sejauh mana dukungan para tokoh terhadap kedua pihak yang bertikai.

“Udyogaparwa menjelaskan peran empat tokoh duta yang diutus berunding, yakni Brahmana Purohita dan Krsna di pihak Pandhawa. Sementara Sanjaya dan Uluka berada di pihak Korawa. Gejolak yang dimaksud yaitu hasrat kuasa dari Korawa yang menolak ajakan damai dari Pandhawa,” ungkapnya.