Tsunami Selat Sunda, Korban Meninggal Capai 43 Orang

Dampak tsunami di pantai Selat Sunda, Sabtu malam, 22 Desember 2018. [Foto BNPB | Rienews]

RIENEWS.COM – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan peristiwa gelombang tinggi air laut yang menghantam pesisir pantai Anyer, Provinsi Banten, Sabtu malam, 22 Desember 2018, adalah tsunami.  Secara resmi, BMKG menyatakan bahwa tsunami telah terjadi dan menerjang beberapa wilayah pantai di Selat Sunda, di antaranya di pantai di Kabupaten Pandeglang, Serang, dan Lampung Selatan.

Tsunami terjadi pada Sabtu malam, sekitar pukul 21.27 WIB.

Tsunami bukan dipicu oleh gempabumi. Tidak terdeteksi adanya aktivitas tektonik. Kemungkinan tsunami terjadi akibat longsor bawah laut karena pengaruh dari erupsi Gunung Anak Krakatau. Pada saat bersamaan terjadi gelombang pasang akibat pengaruh bulan purnama. Jadi ada kombinasi antara fenomena alam yaitu tsunami dan gelombang pasang.

Baca Berita: Menyangka Tsunami, Warga Pantai Anyer Panik

Badan Geologi mendeteksi pada pukul 21.03 WIB Gunung Anak Krakatau erupsi kembali dan menyebabkan peralatan  seismograf setempat rusak. Namun seismik Stasiun Sertung merekam adanya getaran tremor terus menerus (tidak ada frekuensi tinggi yang mencurigaikan).

Kemungkinan material sedimen di sekitar Anak Gunung Krakatau di bawah laut longsor sehingga memicu tsunami. Dampak tsunami menerjang pantai di sekitar Selat Sunda. Dampak tsunami menyebabkan korban jiwa dan kerusakan. Data sementara hingga 23/12/2018 pukul 04.30 WIB tercatat 20 orang meninggal dunia, 165 orang luka-luka, 2 orang hilang dan puluhan bangunan rusak. Data korban kemungkinan masih akan terus bertambah mengingat belum semua daerah terdampak di data.

Masyarakat dihimbau tidak melakukan aktivitas di sekitar pantai saat ini. BMKG   masih melakukan kajian untuk memastikan penyebab tsunami dan kemungkinan susulannya.

Korban Meninggal