Achmad Ushuluddin Perkenalkan SMART Model di Bidang Kesehatan

dr. Achmad Ushuluddin, M.Kes.bersama tim penguji dan promotor usai sidang terbuka disertasi di ruang Pascasarjana lantai 4 Kampus Terpadu UMY, Senin 15 April 2019. [Foto UMY | Rienews]

Dia juga menggagas Ruhiologi sebagai pengembangan dari psikologi.

“Jika psikologi menjadi basis material IQ, EQ, dan SQ maka ruhiologi menjadi basis immaterial Ruhani Quotient (RQ) sebagai gagasan kecerdasan keempat. Konsep ini terinspirasi dari Q.S Al-Isra (17) ayat 85,” kata Achmad.

Ruhiologi adalah ilmu roh yang menyadarkan setiap manusia, apapun profesinya, sukunya, agamanya, dan warna kulitnya semua diberikan anugerah ruh oleh sang maha pencipta. Ruhiologi akan berimplikasi pada munculnya kesadaran intersubjektif berketuhanan, yaitu kesadaran relasi etis antar manusia yang bersifat subjek terhadap subjek. Manusia tidak lagi dibeda-bedakan karena profesinya yang membentuk relasi subjek terhadap objek, seperti halnya relasi antara dokter kepada pasiennya atau dosen kepada mahasiswanya. Dalam relasi subjek terhadap subjek posisi seperti dokter kepada pasien harus sama-sama dipandang sebagai subjek yang unik, sehingga memunculkan model kesadaran rekognitif-intersubjektif.

“Jika objek hanya memiliki dimensi eksterior atau tubuh, maka subjek memiliki dimensi eksterior dan interior yang disebut tubuh dan ruh, yang khas itu justru dari subjek adalah dimensi interiornya atau ruhaninya,” jelasnya.

Ditemui usai menyampaikan disertasinya, Achmad menjelaskan latar belakasng disertasinya, pertanyaan apa sebenarnya manusia ini, unsur apa yang membuat manusia itu bisa menghasilkan sains dan teknologi yang sangat berkembang.

“Sebagai seorang dokter, pada masa saya studi, saya sempat terpikir dari apa sebenarnya manusia ini, unsur apa yang membuat manusia itu bisa menghasilkan sains dan teknologi yang sangat berkembang. Pada saat saya melihat mayat, melihat orang tidur, dan diinfus, keduanya memiliki komponen yang sama. Tapi kemudian mana yang bisa memberikan kehidupan pada manusia. Setelah saya gali, dalam psikologi Islam banyak berbicara tentang spiritualitas. Saya menemukan sedikit celah bahwa yang lebih dalam dari spiritualitas itu adalah ruh. Hal inilah yang menjadi center bahwa manusia itu bisa berpikir, bangun dari tidurnya itu semua bisa terjadi karena adanya ruh. Maka dari itu, saya memberanikan diri dari seorang dokter untuk belajar tentang psikologi Islam,” ungkap Achmad.

Dia berharap agar penelitiannya tersebut bisa terus dikembangkan dan bisa mengubah paradigma masyarakat dari partikularistik menjadi lebih holistik.

Prof. Siswanto Masruri selaku promotor Achmad Ushuluddin, mengatakan kehadiran 100 akademisi sebagian besar adalah guru besar dari berbagai perguruan tinggi dalam dan luar negeri, karena tingginya animo pada akademisi.

Achmad berhasil menjadi lulusan Pascasarjana UMY tercepat dengan masa studi kurang dari 3 tahun dalam usia relatif muda, yakni 33 tahun. Dr. dr. Achmad Ushuluddin, M.Kes., juga berhasil dinyatakan lulus sebagai doktor ke 69 Program Doktor Psikologi Pendidikan Islam UMY. (Rep-02)