RIENEWS.COM – Bupati Karo, Terkelin Brahmana, Senin 29 Juli 2019, meresmikan jembatan Napak Tilas Pahlawan Nasional Kiras Bangun, berjuluk Garamata (bermata merah), di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Persemian jembatan ditandai dengan pengguntingan pita dan penandatanganan prasasti oleh Bupati Karo.
Terkelin mengatakan, pembangunan infrastruktur, jalan dan jembatan mendukung pertumbuhan ekonomi. Hal itu merupakan bagian dari visi dan misi Pemkab Karo.
“Karena pembangunan jalan dan jembatan memiliki daya dorong kuat terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat pedesaan. Dengan demikian, desa harus terus didorong mampu memberi nilai tambah pada komoditas pertanian, agar memiliki daya jual lebih tinggi,” katanya.
Acara peresmian jembatan Napak Tilas itu dihadiri Asisten I Bidang Pemerintahan Setdakab Karo, Suang Karo-karo, Kepala Dinas Perhubungan Gelora Fajar, Plt Kepala Dinas PUPR, Paksa Tarigan, Kepala Dinas PMD, Abel Tarwai Tarigan, Kabid Bina Marga, Hendra Mitcon Purba, Kepala Dinas Pertanian Metehsa Purba, Kepala Dinas Kesehatan, Irna S Meliala, dan keluarga besar Pahlawan Nasional Kiras Bangun diwakili Sastra Purba, Camat Payung Jepta Tarigan, Sekcam Mariani br Sitepu, Kepala Desa Batukarang, Roin Andreas Bangun serta puluhan warga dan mahasiswa Universitas Negeri Medan (Unimed) yang sedang melaksanakan kuliah kerja nyata, dan pensiunan ASN Pemkab Karo.
Baca Berita: Ini Jembatan Rp2 M Bernilai Historis Perjuangan Bangsa
“Kisah terbangunnya jembatan ini karena memiliki historis sejarah perjuangan bangsa kita. Khusus bagi orang Karo yang dulunya merupakan jalur napak tilas Pahlawan Nasional Kiras Bangun (Garamata). Demikian juga pejuang-pejuang kita seperti Komandan Batalyon I TNI Sektor III, Kapten Pala Bangun yang akhirnya gugur dalam pertempuran di Bertah, 7 Mei 1949, tidak jauh dari jembatan ini,” tutur Bupati Karo.
Sejarah merupakan jejak dari suatu peristiwa. Nilai-nilai sejarah tersebut perlu dijunjung tinggi dan dikenang agar tertanam rasa cinta pada Tanah Air.
“Kisah heroik dan patriotisme Pahlawan Nasional Kiras Bangun maupun pejuang-pejuang kita lainnya hendaknya dapat diwarisi dan diteladani serta diinternalisasikan dalam mengisi pembangunan,” ujarnya.
“Militansi dan nasionalisme Garamata menjadi benteng dalam pertahanan bangsa dari rongrongan dan infiltrasi ideologi bangsa asing pada zamannya. Harus menjadi renungan dan refleksi kita di era-kekinian,” sebut Terkelin.
Kiras Bangun Melawan Belanda
Menyambut peresmian jembatan Napak Tilas Pahlawan Nasional Kiras Bangun, keluarga besar diwakili Sastra Purba, membeberkan jalan perjuangan Kiras Bangun melawan penjajah Belanda.
“Kiras Bangun lebih dikenal dengan sebutan Gara Mata (bermata merah), menggalang kekuatan lintas agama di Sumatera Utara dan Aceh untuk menentang penjajahan Belanda. Lahir di Desa Batukarang Tahun 1852. Penampilannya sederhana, berwibawa dengan gaya dan tutur bahasa yang simpatik,” ucapnya.
Baca Berita: