Dikutip dari Riset Dasar Kesehatan (Riskesdas) yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menunjukkan peningkatan penyakit CDV dari Tahun 2013 hingga 2018. Prevalensi kanker naik dari 1,4 persen menjadi 1,8 persen. Begitu pula dengan prevalensi stroke naik dari 7 persen menjadi 10,9 persen, sementara penyakit ginjal kronik naik dari 2 persen menjadi 3,8 persen.
Berdasarkan pemeriksaan gula darah, prevalensi diabetes melitus naik dari 6,9 persen menjadi 8,5 persen; dan hasil pengukuran tekanan darah, hipertensi naik dari 25,8 persen menjadi 34,1 persen.
Melihat fakta di atas, MTCC UMY berupaya melakukan berbagai tindakan bersama pihak-pihak lain seperti Pemerintah Kota dan Kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
“Upaya pengendalian tembakau dilakukan dengan penerbitan peraturan terkait Kawasan Tanpa Rokok (KTR) oleh Pemerintah Daerah dan membentuk Aliansi Walikota/Bupati dalam Pengendalian Tembakau untuk melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal pada 50 persen institusi pendidikan atau sekolah. Penerbitan peraturan dan pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah hal terdekat yang dapat kita jangkau,” imbuh Milatul.
Pada kesempatan yang sama, Sekertaris PPPKMI Cabang Kabupaten Sleman, Cahya Prihantama S. KM., MPH., mengingatkan kepada generasi muda jangan hanya mengikuti lingkungan dan menjadi perokok. Tetapi, pemuda diminta untuk menjadi penggerak gerakan anti rokok untuk menyelamatkan generasi mendatang.
“Anak muda menjadi sasaran empuk iklan rokok karena mudah terpengaruh. Maka dari itu, pemuda harus memiliki visi kedepan untuk berfikir kedepan perihal permasalahan kesehatan,” kata Cahya.
Dia meminta kepada banyak pihak yang meliputi pemerintah, aktivis, dan masyarakat umum untuk ikut berperan aktif untuk mengurangi jumlah perokok di Tanah Air. (Rep-02 | Rel)