“Ini bukan film pertama Mas Dhandy, orang-orang di belakang layar pun sudah tahu risikonya. Faktanya, kami dalam pembuatan film ini tidak didukung siapapun. Kalau seandainya ada pihak yang mendukung kami, kami tidak akan mengalami kesulitan pendanaan. Susah sekali menghadapi tuduhan ini, bahkan sekarang laporan keuangan masih belum lunas. Kalau ada kepentingan kandidat tidak mungkin,” terang Zainal.
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM, Wawan Mas’udi memberikan penjelasan bagaimana film ini merupakan bagian demokrasi yang penting. Tidak ada sistem demokrasi yang paling benar ataupun salah. Kritik dan pendapat perlu digulirkan untuk memperbaiki sistem menjadi lebih baik.
Sayangnya, tidak semua kritik tersebut dapat tersampaikan dan diterima dengan baik. Wawan menyebutkan, film “Dirty Vote” tidak semata-mata berperan sebagai kritik, tapi juga menjadi dokumentasi bagaimana pemilu tahun ini berlangsung.
Artikel lain
KPU Bantah Sirekap Memanipulasi Hasil Suara Pemilu 2024
Bawaslu Temukan 19 Masalah, KPU Gelar Pemungutan Suara Susulan
Paslon Anies-Muhaimin Unggul di TPS Khusus UGM
“Demokrasi sudah berjalan bertahun-tahun lalu. Tidak ada pemilu yang berjalan paling baik, tapi sepertinya masyarakat kita ini seringkali melupakan sejarah. Perlu diingatkan, apapun yang terjadi dan proses yang bergulir. Jadi film ini kelak akan menjadi pengingat dan bahan evaluasi di masa depan untuk demokrasi kita,” papar Wawan. (Rep-04)
Sumber;: UGM