Ini Saran Pakar Geologi UGM Cegah Longsor Susulan di Bantul

Pakar Geologi Univeristas Gadjah Mada (UGM), Dr. Wahyu Wilopo memaparkan Kajian Geologi Gerakan Tanah dan Banjir di Kabupaten Bantul, Yogyakarta, khsusunya di kompleks Pemakaman Raja-Raja Yogyakarta di Imogiri, Kamis 21 Maret 2019, di Fakultas Geologi FT UGM. [Foto UGM | Rienews]

Retakan utama berada di sisi barat bangunan calon makam HB X dengan lebar sekitar 25 meter dan kedalam kurang lebih 25 meter. Sementara retakan di pemakaman HB IX memiliki arah retakan N95°E (barat-timur) dengan arah pergherakan ke selatan. Panjang retakan sekitar 25 meter, penurunan tanah sekitar 30 cm dan lebar bukaan 10 cm.

Berikutnya, di utara bangunan calon makam HB X memilik panjang sekitar 10 cm dengan arah pergerakan ke utara. Retakan lainnya memiliki panjang kurang lebih 25 meter dengan arah pergerakan relatif ke timur.

“Lokasi yang berpotensi runtuh ada di sisi pintu masuk bagian barat,” ujar Wahyu dalam siaran pers UGM yang diterima Redaksi.

Lebih lanjut Wahyu menyampaikan upaya mitigasi lainnya untuk mencegah longsor susulan adalah dengan membersihkan material yang tidak stabil di sekitar retakan, misalnya bongkahan batu. Selain itu juga melakukan penataan sistem drainase agar aliran air tidak bergerak secara bebas di permukaan.

Tidak kalah pentingnya meningkatkan pemahaman dan kewaspadaan warga mengenai bencana gerakan tanah. Menurut Wahyu,  masyarakat yang tinggal di kawasan rentan bencana longsor harus ramah terhadap lingkungan dengan melakukan pemantuan rutin kondisi tahan. Apabila terjadi hujan lebat, masyarakat diharapkan mengecek kondisi di atas lahan apakah terjadi retakan atau tidak.

“Jika ada retakan masyarakat diharapkan bisa segera melapor ke pihak berwajib dan  mengungsi ke tempat aman. Hanya saja masyarakat terkadang tidak aware, sudah tahu ada potensi longsor tapi tidak mengecek lingkungan sehingga memakan korban,” paparnya.

Sementara itu terkait banjir di Kali Celeng, Wahyu menjelaskan kejadian banjir disebabkan oleh beberapa faktor. Di antaranya kondisi daerah aliran sungai (DAS) Kali Celeng memiliki elevasi antara 25-27 meter. Kelerengan di daerah aliran sungai Kali Celeng berkisar antar 0° hingga 14°.

Ditambah DAS tersebut merupakan pertemuan beberapa sungai yang mengalir ke selatan. Sehingga saat inntesitas hujan tinggi, aliran sungai tidak dapat mengakomodasi debit puncah sehingga terjadi banjir. Disamping itu kondisi geologi pada dataran banjirt berupa endapan dengan kondisi tidak terkonsolidasi. (Rep-02 | Rel)