Pendataan sementara untuk kerugian material bangunan hingga hari ini mencakup rumah terdampak 4.202 unit, mikro usaha 61, tempat ibadah 13, sekolah 9, kantor pemerintah 8, fasilitas kesehatan 3, fasilitas umum 2 dan pasar traditional 1.
Sedangkan kerugian infrastruktur meliputi jalan terdampak sepanjang 12.8 km, jembatan 9 unit, pipa air bersih 100 m, bending irigasi 2 unit. Akses beberapa jalan poros, seperti Masamba – Baebunta dan jalan di Kecamatan Sabbang menuju Desa Malimbu masih tertimbun lumpur dan hanya dapat dilalui roda dua.
Kerusakan jaringan pipa air bersih PDAM mengakibatkan suplai air sulit bahkan PDAM masih belum beroperasi. Pada infrastruktur jaringan listrik belum semua beroperasi, terdapat beberapa titik masih padam. Sedangkan jaringan komunikasi belum stabil.
Banjir juga merusak lahan produktif berupa lahan pertanian dan persawahan seluas 460 hektar.
Upaya Pemulihan
Sementara itu, dalam upaya penanganan darurat Tim Reaksi Cepat BPBD masih melakukan kaji cepat kebutuhan di lokasi yang terisolir. BPBD juga menerjunkan alat berat untuk membersihkan material lumpur, khususnya di akses jalan sehingga dapat mempermudah distribusi bantuan dan mobilitas warga.
Di sisi lain, pemerintah daerah setempat masih terkendala alat berat untuk pembersihan material lumpur maupun kendaraan operasional untuk mendistribusikan bantuan logistik dan pengerahan sukarelawan. Pantuan di lapangan, banyak akses jalan yang masih belum dapat dilalui oleh kendaraan.
Terkait dengan kejadian, sebelumnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah memberikan analisis penyebab banjir bandang yang menerjang beberapa kecamatan pada Senin lalu (13/7). Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) mengidentifikasi beberapa faktor penyebab banjir tersebut.
Analisis tim LAPAN berdasarkan citra satelit Himawari-8 menyebutkan bahwa hujan dengan intensitas yang cukup lama pada 12 Juli 2020 dari sekitar jam 22.00 WITA sampai jam 6.00 WITA, Senin 13 Juli 2020. Kemudian pada siang harinya, sekitar jam 13.00 WITA, kembali terjadi hujan dengan intensitas yang lama sampai malam hari ketika terjadi bencana banjir bandang.
Menurut analisis tersebut, curah hujan membawa pengaruh yang signifikan sebagai pembawa material lumpur dan ranting pohon dari wilayah hulu sungai.
Selain itu, struktur geomorfologi dan geologi Kabupaten Luwu Utara menunjukkan bahwa wilayah hulu Sungai Sabbang, Sungai Radda dan Sungai Masamba merupakan perbukitan yang sangat terjal dan kasar. Kondisi tersebut terbentuk dari patahan-patahan akibat proses tektonik pada masa lalu.
Analisis Lapan menginformasikan, banyaknya patahan yang terdapat di wilayah ini menyebabkan struktur batuan atau tanahnya tidak cukup kuat untuk mempertahankan posisinya. Kemudian kondisi ini menyebabkan mudah longsor dan apabila terakumulasi dapat terjadi banjir bandang. (Red | Rel)