Dikatakan Sutopo, sejak 1 Januari 2018 hingga 7 Februari 2018 terdapat 19 orang meninggal dunia akibat longsor, sedangkan puting beliung 5 orang, banjir 3 orang, kombinasi banjir dan longsor 2 orang dan gempa 1 orang.
Potensi longsor di Pulau Jawa meluas di daerah-daerah yang memiliki topografi pegunungan, perbukitan dan di lereng-lereng tebing yang di bawahnya banyak permukiman.
“Wilayah ini memanjang di Jawa bagian tengah hingga selatan. Dari peta potensi longsor pada Februari 2018, wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur adalah daerah yang memiliki potensi paling banyak dari ancaman longsor,” ujar Sutopo.
Daerah rawan longsor tinggi di Jawa Barat meliputi Kabupaten Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Bandung Barat, Bandung Selatan, Purwakarta, Garut, Sumedang, Kuningan, dan Tasikmalaya.
Sedangkan di Jawa Tengah terdapat di Kabupaten Banjarnegara, Cilacap, Purwokerto, Purworejo, Pekalongan, Temanggung, Semarang, Karanganyar, Tegal, Wonogiri, Magelang, Purbalingga dan Boyolali. Di Jawa Timur terutama di Kabupaten Ponorogo, Trenggalek, Malang, Pacitan, Mojokerto, Jember, Banyuwangi dan lainnya.
Masyarakat dihimbau untuk meningkatkan kewaspadaannya. Kenali lingkungan sekitarnya tanda-tanda akan terjadinya longsor seperti adanya retakan tanah, amblesan tanah, keluarnya mata air pada lereng, air sumur dan mata air tiba-tiba keruh, pohon dan tiang listrik miring, tembok bangunan dan pondasi tiba-tiba retak dan lainnya. Periksa adanya retakan tanah di bukit yang merupakan cikal bakal dari mahkota longsor. Saat hujan lebat waspadalah. Jika perlu mengungsi sesaat ke tempat aman. (REL)