Sedangkan pendataan kerusakan bangunan akibat bencana yang terjadi terus dilakukan. Menurut Sutopo, 375 rumah rusak berat, 5 unit ibadah rusak berat, 8 sekolah rusak berat, 104 unit ruko rusak berat, 4 jembatan rusak berat, 4 ruas jalan rusak berat dan kerusakan bangunan lainnya.
Dikatakan Sutopo, berbagai upaya penaganan darurat dilakukan oleh 2.317 personel Tim SAR gabungan dari 28 lembaga dan organisasi. Penanganan darurat yang dilakukan meliputi evakuasi, pencarian dan penyelamatan korban, pelayanan kesehatan, dapur umum, penanganan pengungsi, perbaikan sarana prasana darurat, dan lainnya.
Balai Besar Jalan Nasional masih melakukan pembersihan jalan protokol Sentani dengan mengerahkan 14 unit eksavator dan 3 unit loader.
“Jalan sepanjang 600 meter jalan sudah bersih. Disiapkan jembatan balley dengan bentang 30 meter, 25 meter dan 9 meter pada jembatan yang rusak. Dinas PU Kabupaten Jayapura telah membangun 16 unit MCK dan akan ditambah. Penyediaan air bersih terkendala antrian pengambilan air dari sumber air PDAM. Perbaikan listriuk juga terus dilakukan oleh petugas,” urai Sutopo.
Bupati Kabupaten Jayapura Mathius Awaitaouw telah menetapkan masa tanggap darurat selama 14 hari, terhitung mulai 16–29 Maret 2019. Daerah yang terdampak bencana, meliputi Kecamatan (Distrik) Sentani, Waibu, Sentani Barat, Ravenirara, dan Depapre.
Sementara itu Gubernur Papua Dominggus Mandacan telah menetapkan tingkatan bencana ini adalah bencana darurat provinsi karena terjadi di Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura.
Bantuan dari Pemerintah Pusat, Pemda, masyarakat, dan dunia usaha terus mengalir. BNPB telah menyerahkan bantuan dana siap pakai sebesar Rp1,5 miliar untuk operasional penanganan darurat yaitu Rp1 miliar untuk BPBD Kabupaten Jayapura, Rp250 juta untuk BPBD Kota Jayapura, dan Rp 250 juta untuk BPBD Provinsi Papua. (Rep-02)