Prof. Asvi dalam Orasi Kebudayaannya berjudul Krisis Memori Kolektif Pelanggaran HAM Berat Era Soeharto Sampai Kini (1965-2025) yang diselenggarakan FISB UII bersama PSAD, pada Jumat, 12 Desember 2025, mengatakan bahwa pahlawan nasional sebaiknya bukan sosok yang masih menimbulkan kontroversi atau pro dan kontra besar.
Ia menambahkan, karena Presiden Prabowo telah menegaskan gerakan antikorupsi dalam pemerintahannya, maka pahlawan nasional ke depan idealnya sejalan dengan komitmen tersebut.
“Sebenarnya sudah diusulkan sebagai pahlawan nasional tokoh-tokoh yang tidak diragukan lagi sikap dan perilaku anti korupsinya,” lujar Prof Asvi, dalam siaran pers FISB dan PSAD UII.
Ia mengatakan bahwa tokoh teladan tersebut, yaitu Jenderal Polisi Hugeng dan Soeprapto (Jaksa Agung 1950-1959).
Hugeng ketika bertugas di Medan menyuruh buang furniture mewah yang disediakan pengusaha di rumah dinasnya.
Soeprapto menyuruh kembalikan gelang emas yang dihadiahkan seorang saudagar kepada putrinya. Jaksa Agung Soeprapto menyeret ke pengadilan beberapa orang menteri yang tersangkut kasus korupsi.
Terakhir, Prof. Asvi juga menambahkan bahwa perguruan tinggi secara historis memiliki peran penting dalam perubahan masa, pergantian rezim.
Civitas akademika perguruan tinggi yang berpikir dan bertindak kritis perlu dibangun dan dikembangkan. Pada suatu ketika hanya ada beberapa perguruan tinggi yang tetap bergerak dalam pemberdayaan masyarakat dalam merawat demokrasi dan HAM, yang lain seakan terlena atau tertidur.
”Jangan berkecil hati. Bangunkan mereka. Saya ingat media yang sangat berpengaruh dalam pemberontakan rakyat di Silungkang tahun 1927. Nama media yang diterbitkan oleh Serikat Rakyat itu adalah Jago! Jago!. Artinya dalam bahasa Minang, ayo bangun, bangun!” kata Asvi Warman Adam. (Rep-Red)






