Indra Tranggono mengatakan, pementasan The Jongos berangkat dari keprihatinan atas persoalan politik di negeri ini, di mana politik dinasti, nepotisme dan praktik mengakali konstitusi oleh penguasa telah merusak demokrasi. Penyimpangan itu didukung oligarki (elite politik, pengusaha besar dan militer).
“Kami berharap pementasan The Jongos bisa turut menggugah kesadaran publik untuk semakin seirus membela demokrasi,” ujar Indra.
Sutradara Isti Nugroho mengatakan, drama ini digarap dengan gaya tragedi-komedi. Suasana dramatik tragedi dan komedi silih berganti hadir di dalam alur cerita dan rangkaian adegan. Ada seriusnya. Ada juga humornya.
“Selain itu, kami memilih format teater mikro. Yaitu teater yang ringkas, padat dan esensial,” ujar Isti dalam siaran pers yang diterima pada Rabu, 31 Juli 2024.
Drama ini berkisah tentang Tuan Hakim yang diteror rasa bersalah karena ia telah melakukan penyimpangan hukum, etika dan moral terkait kontestasi tampuk kepemimpinan nasional. Ia akhirnya sadar, dirinya tak lebih dari jongos kekuasaan yang didikte oligarki.
Artikel lain
Komisi III DPR Kawal Kasus Vonis Bebas Ronald Tannur
Komisi III DPR RI Minta Kemenkumham Cekal Ronald Tannur
Telkom Bukukan Pendapatan Positif Rp75,3 Triliun Paruh Pertama 2024
Aktor Eko Winardi menandai pentas The Jongos sebagai kebangkitan kembali genre teater terlibat atas persoalan sosial-politik yang mulai surut sejak era Reformasi 1998. (Red)