SENI  

Teater The Jongos Kolaborasi Aktor Sastrawan Aktivis Demokrasi Musisi Jogja

Pentas teater The Jongos, kolaborasi aktor, sastrawan, aktivis demokrasi, musisi dan tokoh LSM Jogja.
Pentas teater The Jongos, kolaborasi aktor, sastrawan, aktivis demokrasi, musisi dan tokoh LSM Jogja.

RIENEWS.COM – Pementasan teater The Jongos berangkat dari keprihatinan atas persoalan politik di negeri ini, di mana politik dinasti, nepotisme dan praktik mengakali konstitusi oleh penguasa telah merusak demokrasi. Drama ini berkisah tentang hakim yang diteror rasa bersalah karena telah melakukan penyimpangan hukum, etika dan moral terkait kontestasi tampuk kepemimpinan nasional.

Repertoar teater The Jongos akan digelar di auditorium Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, pada Sabtu, 10 Agustus 2024, pukul 19.30 WIB. Pentas ini merupakan hasil kolaborasi tiga aktor senior Jogja dengan sastrawan, aktivis demokrasi, musisi dan tokoh LSM.

Mereka adalah aktor Joko Kamto dan Novi Budianto, Eko Winardi, sastrawan Indra Tranggono (penulis naskah), Isti Nugroho (sutradara), Azied Dewa, Toto Raharjo (penata musik), Wardono (penata cahaya), Vincensius Dwimawan (penata artistik), Gita Gilang (penata rias), dan Simon Hate.

Pementasan ini hasil kerja sama Dapoer Seni Djogja, Yayasan Budaya Guntur 49 Jakarta, Fakultas Seni Pertunjukan Jurusan Teater ISI Yogyakarta, Sekolah Anak Alam (Salam) dan Dinas Kebudayaan DIY.

“Seluruh pendukung drama ini memiliki jam terbang pengalaman yang tinggi. Mereka rata-rata sudah berkesenian lebih dari 30 sampai 40 tahun, secara konsisten” ujar Toto Rahardjo, pimpinan Dapoer Seni Djogja.

Toto mengungkapkan, aktor Joko Kamto dan Novi Budianto yang berteater sejak tahun 1970-an, bersama Teater Dipo, Dinasti, Gandrik, Komunitas Pak Kanjeng dan Perdikan. Sementara Eko Winardi, berteater sejak tahun 1980-an pernah bergabung dengan Teater Dinasti, Sanggarbambu, Perdikan dan lainnya.

“Kekuatan keaktoran mereka, akan dihadirkan secara total dalam The Jongos,” katanya.

Artikel lain

Pameran Arsip Moesoem Pers Jogjakarta: Bicara Revolusi Kemerdekaan hingga Pasca-Reformasi di UII

Jalan Keluar Desy Gitary dari Zona Nyaman

“Belum Selesai” Retrospeksi 25 Tahun Perjalanan Gusmen Heriadi