“Perempuan berhadapan dengan hukum, ada selalu di meja redaksi, tapi bagaimana itu ditampilkan? Yang ditampilkan semestinya perspektif perempuan, tapi lagi-lagi tidak mudah. Kita perempuan jurnalis harus saling memberi penguatan,” ucap Sonya.
Dengan berbagai tantangan yang ada, Dian Kardha, Managing Editor Nova mengungkapkan sesama media perempuan perlu berkolaborasi untuk membesarkan suara, bukan saling menganggap sebagai kompetitor. Apalagi saat ini, media menghadapi tantangan munculnya influencer yang turut berebut advertorial.
“Kalau kita kolaborasi, suaranya bisa lebih besar. 10 media perempuan atau mainstream suarakan satu hal, pastikan sebarannya lebih luas,” kata Dian.
Editorial Adviser Konde.co, Lestari Nurhajati mengimbuhkan saat ini banyak media arus utama membuka kanal isu perempuan ataupun khusus menarget pembaca perempuan. Namun masih menghadapi persoalan klasik, yakni mendapatkan pembaca dan mampu bertahan secara finansial, tetapi tetap kritis. Dia menekankan pentingnya pemetaan kondisi media perempuan di Indonesia untuk mendapatkan gambaran tantangan dan kebutuhan untuk tumbuh semakin kuat ke depan.
“Mapping media di Indonesia sudah cukup kuat yang menggambarkan bagaimana media bisa bertahan, tapi bagaimana dengan media perempuan di Indonesia? Itu masih perlu digali,” kata Lestari.
Media Perempuan Alternatif
Dalam pertemuan pertama pada 17 Februari 2023, 16 pengelola media perempuan alternatif di Indonesia saling menyampaikan testimoni. Mereka yang bertemu secara daring tersebut di antaranya berasal dari Aceh, Bengkulu, Jakarta, Bandung, Bali, Sulut, hingga Nusa Tenggara Timur (NTT). Sebagian besar media perempuan tersebut mengandalkan pendanaan bukan dari iklan.
Nani Afrida mengungkapkan media alternatif menghadapi tantangan seperti sulitnya mendapatkan pembaca dan bertahan di tengah krisis finansial. Dalam menghadapi tantangan yang demikian, Konde.co meyakini bahwa perjuangan besar tidak akan bisa dilakukan sendirian, tetapi harus bersama. “Sarasehan ini ditujukan untuk menguatkan solidaritas. Bahu membahu memperjuangkan keadilan sehingga media perempuan dapat terus maju,” ujar Nani.
Tantangan dalam menarik pembaca juga diakui Founder Bincangperempuan.com dari Bengkulu, Betty Herlina. Menurut Betty, tidak semua orang mau membaca isu perempuan, terlebih budaya patriarkis yang masih kuat. Selain itu, media perempuan alternatif diakuinya kesulitan dari segi finansial, terutama untuk memberikan upah layak bagi jurnalisnya.
“Saya berharap ada kolaborasi media sehingga punya kesempatan menggiring isu bersama, tidak bergantung pada funding saja,” ujar Betty.
Sulitnya mendapatkan pendanaan juga dialami DigitalmamaID, sebuah media perempuan dari Bandung. Founder DigitalmamaID, Catur Ratna Wulandari mengaku mengumpulkan dana secara pro-bono dari patungan hingga membayar kebutuhan medianya dengan hasil berjualan roti.
“Kami kesulitan mendapatkan funding karena DigitalMamaID dianggap bukan kelompok perempuan rentan. Padahal perempuan ya rentan, harus buat banyak keputusan, juga menghadapi pandemi,” kata Ratna.
Ide untuk mempertemukan media perempuan di Indonesia sebenarnya telah lama dicetuskan Konde.co. Menurut Pimpinan Redaksi Konde.Co, Luviana, portal dan media perempuan berbasis online saat ini mulai bertumbuh dengan progresif dan dengan cara beragam dalam mempromosikan kepentingan, hak, dan kondisi perempuan secara terus menerus yang sekaligus memberikan pendidikan untuk khalayaknya. Temuan ini melegakan, mengingat tumbuhnya media alternatif perempuan ini tidak hanya terjadi di Jakarta, tapi juga di beberapa daerah di Indonesia.
Artikel lain
Indonesia Potensial Jadi Tuan Rumah Sport Tourism Dunia, Perizinan akan Dipermudah
Menteri Sri Mulyani Bereaksi atas Kasus Anak Pejabat Pajak
Daftar Tim dan Pembalap F1H20 Powerboat Danau Toba
“Keberadaan media perempuan online tidak hanya ditemukan berkantor di Jakarta, melainkan juga di daerah. Yang menarik, banyak media mainstream yang juga mulai membuka kanal khusus isu perempuan di website mereka,” kata Luviana.
Hasil pemetaan dari dua kali Sarasehan Media Perempuan di Indonesia tersebut akan dituliskan dalam sebuah laporan. Harapannya dari temuan ini akan ditindaklanjuti dengan sejumlah kolaborasi media perempuan. (Rep-04)