Sementara itu, Satgas Darat telah melakukan pemadaman titik api dan juga pendinginan atau mopping up di bekas area terbakar. Satgas Darat ini melibatkan banyak pihak seperti BPBD di wilayah Riau, TNI, Polri, Manggala Agni, masyarakat peduli api dan personel dari dunia usaha.
Hasil penilaian luas lahan yang terbakar dari 1 Januari 2019 hingga hari 13 Maret 2019, seluas 1.823,91 hektar.
Luas lahan terdampak paling besar di wilayah Kabupaten Bengkalis seluas 1.015,5 hektar. Luas lahan terbakar di Rokan Hilir 254,5 hektar, Meranti 215,4 hektar, Dumai 133 hektar, Siak 70,75 hektar, Indragiri Hilir 48 hektara, Pelalawan 43 hektar, Pekanbaru 21,76 hektar, Kampar 19,5 hektar, dan Indragiri Hulu 1,5 hektar.
Dikatakan Sutopo, berdasarkan BMKG, informasi cuaca yang terkait dengan tingkat kemudahan terbakar menunjukkan bahwa wilayah Riau pada umumnya berada dalam kategori aman.
Sementara itu, berdasarkan pantauan per pukul 16.00 WIB satelit NOAA meunjukkan jumlah titik panas atau hotspot di wilayah Riau nihil, sedangkan Terra/Aqua pada Kepulauan Riau 4, Bengkalis 1.
“Upaya pencegahan sangat penting dalam penanganan kebakaran hutan dan lahan. Harus diakui bahwa pemadaman Karhutla menghabiskan banyak anggaran yang mencapai Rp 1 triliyun dalam 1 tahun,” ungkap Sutopo.
Ditegaskannya, pencegahan selalu lebih murah dan efektif daripada pemadaman.
Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo dalam kunjungannya ke Sumatera Selatan, Selasa 12 Maret 2019, mengatakan BNPB akan membentuk tim khusus akan bekerjasama dengan pemerintah dan TNI/Polri serta membentuk sebuah unsur yang terdiri dari komponen masyarakat termasuk para pakar, akademisi, komunitas, budayawan, pemuka agama, hingga media massa.
“Kita harapkan tim ini memberikan penyuluhan kepada masyarakat. Tim gabungan tersebut akan membuatkan konsep. Program pemberdayaan dan pelibatan masyarakat menjadi prioritas dalam pencegahan Karhutla,” imbuh Doni. (Rep-02)






