“Anda mungkin tahu bahwa kemarin kita memperingati hari kebebasan pers sedunia yang tahun ini menyoroti pengaruh kecerdasan buatan yang semakin besar terhadap kebebasan berekspresi, dan lanskap media secara luas. Ini relevan bagi kita hari ini. Saatnya kita merenungkan tantangan dan tanggung jawab yang kita hadapi dengan transformasi digital. Kita menyaksikan perubahan mendalam di dunia yang menciptakan simetri kekuatan yang semakin besar antara komunitas lokal dan perusahaan global, yang terkadang juga digunakan oleh pemerintah untuk mensurvei dan menindak ruang sipil,” katanya.
Ana menambahkan, sangat sulit untuk menolak apalagi memahami dan menganalisis isu-isu yang saat ini memengaruhi kita semua.
“Di sinilah pers berperan. Anda tidak hanya melaporkan kisah-kisah yang menjadi perhatian publik. Anda juga memerangi disinformasi dan meningkatkan kesadaran,” imbuhnya.
Menurut Ana, sangat penting untuk membekali mereka (pers mahasiswa) dengan literasi media. Tidak hanya untuk menavigasi lanskap digital tetapi juga untuk menghasilkan jurnalisme profesional independen yang melayani publik.
“Cara kita memandang literasi adalah bahwa literasi membantu membekali kemampuan untuk berpikir kritis, memverifikasi fakta, mengenali informasi ini dan secara keseluruhan membantu menavigasi platform digital, dengan lebih aman dan kritis,” jelasnya.
Sambil membekali mereka dengan literasi secara digital, Ana memastikan UNESCO dan AJI akan tetap menegakkan jurnalisme dan etika pada teman-teman pers mahasiswa.
“Inisiatif ini juga penting dalam meningkatkan keamanan digital Anda dan membantu Anda tetap aman sambil menegakkan jurnalisme dan etika,” pungkasnya.
Artikel lain
Hari Kebebasan Pers Sedunia 2025, Keberlanjutan Media dan Penguatan Demokrasi
Gubernur DKI Jakarta Dukung Penuh Telkom Gelar Digiland 2025
Tiga Menteri Lepas Keberangkatan Perdana Jemaah Haji 2025
Seminar menghadirkan pembicara, Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu, Direktur Eksekutif LBH Pers Mustafa Layong, dan Sekjend PPMI Wahyu Gilang. (Rep-02)






